Minggu, 31 Januari 2010

DI BALIK PERISTIWA

BAGAIMANA CARANYA MENGUKUR KELILING BUMI

Eratosthenes adalah cendekiawan Yunani yang hidup di Alexandria, sebuah kota di Mesir. Dari pengamatan sederhana yang di lakukan, ia mampu mengukur ukuran seluruh planet. Eratosthenes tahu bahwa jarak luar biasa antara matahari dan bumi, sinarnya mencapai Alexandria dan Syene dalam berkas-berkas sinar sejajar yang berdampingan. Jika bumi datar maka bayangan akan lenyap di seluruh dunia pada tanggal 21 Juni. Namun, ia memperkirakan karena bumi melengkung, tembok-tembok dan tiang-tiang di Alexandria sekitar 800 km sebelah utara Syene menonjol dari permukaan bumi dengan sudut berbeda.

Jadi pada tengah hari pertama musim panas, Eratosthenes menghitung bayangan yang di timbulkan oleh tiang-tiang batu di luar museum. Karena ia tahu ketinggian tiang-tiang batu itu, ia dapat membayangkan garis dari puncak tiang-tiang batu itu ke ujung bayangan, membuat segitiga yang dapat di hitung. Setelah menggambar segitiga itu, Eratosthenes memakai rumus geometri sederhana untuk membuktikan puncak kemiringan tiang-tiang batu itu memiliki kemiringan dari matahari sedikit di atas 7 derajat. karena tidak ada bayangan pada tengah hari di Syene di hari pertama musim panas, sudut di Syene 0 derajat, atau tidak ada sudut sama sekali. Hal ini berarti Alexandria berjarak 7 derajat lebih sedikit dari Syene sepanjang keliling bumi.

Semua lingkaran memiliki 360 derajat, dan keliling bumi bukan perkecualian. Sudut 7 derajat antara dua kota itu sekitar 1/50 lingkaran. Jadi Eratosthenes mengalikan jarak antara Syene dan Alexandria sekitar 800 km dengan angka 50, mendapatkan angka 40.000 untuk jarak keliling bumi. Para astronom modern menghitung keliling bumi tepatnya 40.061 km. Eratosthenes telah membuktikan dirinya sebagai cendekiawan kelas satu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar